PERJALANAN menjadi delegasi Pertukaran Pemuda Indonesia Australia (PPIA) 2022

Oleh: Muhamad Adib Hadafi

Pengalaman menarik yang ingin saya bagikan dari perjalanan PPIA saya adalah proses yang saya jalani sebelum saya resmi menjadi delegasi. Tidak kalah pentingnya dengan pengalaman saat program berlangsung, tahapan ini menjadi fondasi yang kuat yang menentukan seseorang perwakilan provinsi menjadi menjadi calon delegasi.

Setelah melewati serangkaian tahapan seleksi Pertukaran Pemuda antar Negara (PPAN) provinsi Jawa Tengah 2022, yang mencakup Diskusi Grup Tanpa Pemimpin / Lederless Group Discussion (LGD), wawasan tentang negara tujuan, kesenian, dan pengabdian masyarakat, saya akhirnya ditetapkan sebagai kandidat utama. Tidak pernah terpikir sebelumnya bahwa saya akan mewakili Jawa Tengah dalam program pertukaran pemuda antar negara.

Namun, proses perjuangan untuk menjadi calon delegasi PPIA baru saja dimulai, ada beberapa tahap yang harus saya lalui diantaranya pembekalan dan pelatihan. Di tingkat daerah sendiri, saya mendapatkan bimbingan daring dari alumni PPIA Jawa Tengah 2019 dan 2021. Mereka memberikan saya panduan yang sangat berguna dalam menghadapi tantangan yang akan saya temui selama perjalanan ini.

Dalam skala nasional, saya bersama dengan 17 delegasi lain dari berbagai provinsi menerima pembekalan daring. Kami terlibat dalam berbagai kegiatan konferensi internet dengan beberapa tema diantaranya peran diplomat muda, penulisan profesional, dan kepemimpinan global. Selain itu, kami juga mempunyai tugas persiapan pertunjukan budaya seperti medley lagu, medley budaya dan tari saman. Dalam dua minggu sekali kami harus menghafal gerakan tari saman dan mengirimkan video praktik. 

Tiga bulan setelah masa pembekalan daring, kami semua bertemu di Jakarta pada awal November untuk menjalani pelatihan pra-keberangkatan. Ini adalah momen yang sangat dinanti-nantikan, di mana saya akhirnya bisa bertemu dengan teman-teman dari berbagai provinsi yang sebelumnya hanya bisa saya lihat di layar laptop. Selama satu minggu, kami mendapatkan materi yang mendalam tentang wawasan kebangsaan, Tujuan Pembangunan Berkelanjutan atau Sustainable Development Goals (SDGs), Hubungan Bilateral Indonesia dan Australia, dan topik-topik penting lainnya. Selain itu, kami juga memiliki kesempatan untuk terlibat dalam kegiatan peringatan 40 tahun PPIA di kediaman duta besar Australia, di mana kami menampilkan medley lagu daerah. Di sini, kami juga berkesempatan bertemu dengan alumni PPIA dari berbagai angkatan.

Pada malam bakat, kami dipersilakan menampilkan keterampilan dan kesenian daerah. Saya sendiri menampilkan tarian Topeng Ireng Boyolali dan berhasil menyabet gelar juara pertama. Kami juga harus berlatih lebih keras untuk malam inagurasi, di mana latihan Saman yang sudah kami pelajari, ternyata lebih sulit dipraktikan secara langsung bersama.

Di malam inagurasi, momen paling sakral bagi saya adalah saat pengukuhan. Saat saya hendak mencium bendera merah putih, tiba-tiba air mata mengalir di pipi saya. Ini bukan tanpa alasan. Saya teringat kembali perjuangan saya untuk menjadi delegasi, dan saat itu semua terbayar dengan pengukuhan itu.

Leave a comment